.

The Giver





The Giver (Sang Pemberi)
Lois Lowry @ 1993
Ariyantri Eddy Tarman (Terj.)
GPU – Agustu 2014

222 Hal.


Hidup di dunia serba sempurna dan teratur enak gak ya? Semua terima beres, apa-apa diatur, disediain, gak ada konflik. Peranan semua orang di Komunitas sudah diatur, tidak ada pilihan, tidak ada yang namanya rasa sakit.

Dunia seperti itulah tempat Jonas tinggal, di dalam sebuah Komunitas yang semua serba diatur. Dalam setiap pertambahan usia, artinya setiap anak ‘naik tingkat’ dan mendapatkan sebuah fasilitas baru – misalnya boleh memakai jaket berkancing, boleh mendapatkan sepeda, boleh potong rambut dan lain-lain. Mereka juga harus mengikuti kerja sukarela yang nantinya akan menentukan profesi mereka ketika dewasa. Semua itu dikukuhkan dalam sebuah upacara resmi. Jika ada cacat, akan menjadi aib seumur hidup.

Usia ke 12, adalah usia yang sangat dinanti, di mana setiap anak dianggap sudah dewasa dan akan diumumkan di unit mana mereka nanti akan bekerja, misalnya ada yang menjadi Pengasuh karena telaten dengan para bayi, atau mengurus para lansia, ada yang jadi Asisten Direktur Rekreasi, karena sifatnya yang santai atau menjadi Petugas Pengantar Makan dan lain-lani. Semua anak 12 tahun itu harap-harap cemas, jangan sampai mendapatkan profesi yang sebenarnya gak mereka sukai.

Satu lagi yang absurd, setiap anak ini tinggal dalam satu unit keluarga, yang bukan keluarga kandung. Ada satu tugas bernama ‘Ibu Kandung’, perempuan ini bertugas melahirkan tapi kemudian bayi itu diserahkan ke bagian kesehatan, untuk ditimbang, dirawat, untuk akhirnya diberikan kepada keluarga yang sudah mendapatkan persetujuan untuk memiliki anak. Untuk menikah pun, para pasangan itu harus mengajukan permohonan. (Dan gue pun bertanya-tanya, ada peran Ibu Kandung, tapi gak pernah disebutin siapakah yang berhak menjadi Ayah Kandung?) Dan yang ngilunya lagi, jika bayi-bayi tersebut tidak memenuhi syarat, maka mereka akan ‘dilepasklan’.

Nah, ketika diumumkan tugas-tugas baru bagi para 12 tahun, nomor urut Jonas tidak dipanggil, ia dilewatkan begitu saja, tapi ternyata justru Jonas mendapatkan tugas atau peranan yang paling istimewa, ia terpilih sebagai Penerima – yang akan meneruskan tugas berat selanjutnya dari Sang Pemberi – The Giver. Dalam pelatihan bersama Sang Pemberi, Jonas mendapatkan sebuah pelajaran tentang rasa cinta, kehangatan keluarga, warna-warna dan juga rasa sakit yang mendalam, semua rasa yang tak pernah ia ketahui selama ini. Jonas juga mengetahui, di balik segala keteraturan, ternyata menyimpan kebusukan dan banyak kebohongan.

‘Lelah’ dengan dystopian yang penuh cinta segitiga, maka buku ini jadi sangat menarik buat gue. Tokohnya cenderung pemikir, cocok dengan peran baru yang menantinya. Dan layaknya anak abg, maka ada saatnya Jonas mulai merasakan ada rasa-rasa gimana gitu ketika ngeliat Fiona dan dalam dunia Jonas, gak boleh tuh ada perasaaan lebih sama teman atau orang lain. Gue suka sama Lily, adik Jonas, yang terkadang gregetan tapi, langsung minta ma’af kalau dia merasa kelewatan.

Mungkin ada bagusnya juga sih jika semua serba teratur, di mana norma kesopanan dan rasa hormat terhadap sesama sangat ditekankan, semua serba jelas, apa peranannya, lalu, meskipun, kalo ada pelanggaran, maka sanksi yang akan diterima menyisakan misteri. Konon katanya, mereka dilepaskan – apa maksud dilepaskan itu sangat misterius.

Tapi, jeleknya, mereka jadi lupa apa itu yang namanya keceriaan, cinta dalam keluarga atau rasa lain layaknya manusia biasa. Mereka jadi kaya’ robot, begitu dapat ada yang mengganggu keteraturan itu jadi kelimpungan dan panik.

Dunia yang rapi dan teratur gak selamanya enak. Jadi gak ada emosi dan gak seru … Dan owwww… endingnya … bikin garuk-garuk kepala … bingung, penasaran dan bertanya-tanya … but I did enjoy reading this book …



Submitted for:
- New Author Reading Challenge 2014
- Children Literature Project
- Young Adult Reading Challenge 2014
The Giver Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

Post a Comment