.

Survivor in Death, J.D. Robb

Judul: Survivor in Death (Penyintas dalam Kematian) #seri 20
Penulis: J.D. Robb
Penerbit: Gramedia 
Penerjemah: Shandy Tan
Terbit: 2014
ISBN: 978-602-03-0915-6
582 hal.
Mungkin buku Survivor in Death ini adalah buku J.D. Robb pertama yang pernah saya baca. Awalnya ragu untuk mengambil buku ini dalam rangka posting bareng subgenre romantic suspense, karena mengira ini subgenre pararom. 
Buku ini adalah salah satu serial In Death, dan ini seri ke-20. Kemarin waktu di GM, ada beberapa pilihan buku seri ini. Karena belum pernah membaca seri ini, jadi saya mengandalkan blurbnya. Dan saya tertarik karena seri ini melibatkan anak kecil.
Setting waktu dalam novel ini adalah tahun 2050-an, dengan gambaran teknologi yang  sangat canggih. Misal komputer dengan sensor suara, mobil yang dapat terbang, manusia-manusia hologram, dan sistem komunikasi yang sangat efisien.

Tokoh utama dalam seri In Death adalah Letnan Eve Dalas (yang cantik, dingin, dan jiwa polisinya sangat tajam, sekaligus mengalami trauma) dan Roarke (yang sangat tampan, sangat cerdas, sangat kaya, sangat cinta pada sang Letnan, berambut panjang dan suka dikuncir #bikinklepek-klepek)
Survivor diterjemahkan dengan kata "penyintas". Karena penasaran dengan kata "penyintas" yang belum familiar, saya pun googling. Menurut artikata, penyintas adalah bertahan terus menerus. Wah, nambah kosakata baru nih.
 Oke, mari kita bahas kisah Letnan Eve Dallas kali ini.

Tidak ada perselingkuhan. Tidak ada catatan kriminal. Tidak ada DNA yang tertinggal. Tidak ada petunjuk apa pun. Kasus pembunuhan sadis keluarga Swisher akan merupakan pembunuhan sempurna... seandainya tidak ada gadis kecil yang bersembunyi dalam dapur gelap dan menyaksikan semuanya.

Letnan Eve Dallas tahu sang saksi tunggal, Nixie Swisher, belum luput dari bahaya karena cepat atau lambat pelaku akan menyadari kesalahan fatal tersebut. Dallas tahu dirinya harus menyelesaikan kasus ini sampai tuntas. Bukan hanya untuk Nixie. Bukan hanya untuk keadilan. Tapi juga untuk ketenangan batinnya sendiri yang terguncang oleh kenangan kelam dan ketakutan masa lalu seiring berlangsungnya penyelidikan tragedi ini.
Kisah dibuka oleh Nixie Swisher yang mengidam orange fizzy. Karena kesukaannya pada minuman ini, hingga Nixie mengenda-endap ke dapur di tengah malam. Saat itulah, Nixie melihat bayangan hitam yang menyebabkannya kehilangan semua orang yang ia sayangi, termasuk sahabatnya, Linnie, yang saat itu menginap di rumahnya.

Ketika Eve datang ke TKP, Nixie masih bersembunyi di dalam kamar mandi dengan tubuh gemetar hebat. Insting Eve mengatakan bahwa Nixie masih dalam bahaya. Karena itu, Eve menyembunyikannya di kastil Roarke (yang juga jadi tempat tinggal Eve) yang sangat terjamin keamanannya.
Eve tahu dia berhadapan dengan penjahat yang sangat kejam dan profesional. Maka dia mengerahkan semua anak buahnya untuk menelusuri motif pembunuhan tersebut. dalam masa penyelidikan itu, seorang petugas sosial meninggal, dan dua polisi anak buah Eve dihabisi. Eve makin murka. Di sinilah peran Roarke sangat dibutuhkan. Roarke bukan polisi, tapi sepertinya Eve diberi izin oleh atasannya untuk meminta bantuan Roarke, karena Roarke yang mantan pembunuh bayaran itu tahu seluk beluk kejahatan dan orang-orangnya.
Di rumah Roarke yang megah akan kita ketahui berbagai teknologi canggih. Tak hanya komputer, tapi tempat hiburan, dan ruang olahraga yang bisa memunculkan lawan main dalam bentuk manusia hologram hingga setting yang berubah-ubah dari dojo hingga tepi pantai yang indah. Untuk hal ini saya tak bisa membayangkan bagaimana caranya.
Tahap-tahap penyelidikan para polisi sangat menarik diikuti. Bagaiman mereka menghubungkan orang-orang dengan kasus yang terjadi dirangkai dengan asyik. Saya ikut menebak-nebak motif apa yang dimiliki si pembunuh. 
Dengan dialog-dialog yang mengalir, kadang lucu, kadang menyentuh pantaslah kalau banyak pembaca yang jadi fans seri In Death. Saya pun ketagihan ingin membaca urut dari seri pertama.
Letnan Eve Dallas digambarkan sebagai polisi yang sangat berdedikasi dan cerdas. Dia akan mengejar musuhnya seperti singa. Karena masa lalunya yang buruk, Eve menjadi dingin dan takut berhadapan dengan anak kecil, seperti Nixie. 
Nixie Swisher digambarkan sebagai anak kecil berumur 10 tahun yang cantik, pemberani, kuat, dan cerdas. Nixie, karena didikan yang baik, menjelma menjadi gadis kecil yang penuh kasih sayang dan dewasa.
Sedangkan Roarke adalah sosok suami idaman, baik secara fisik maupun kepribadian. Perhatiannya pada Eve benar-benar membuat hati berdesir.

Sejujurnya saya bingung apa lagi yang harus saya tulis untuk review ini. Pokoknya, saya tak rugi membeli buku ini, meski harganya lumayan.
Salah satu adegan menegangkan tapi saya tertawa dan sangat berkesan adalah ketika Eve memancing tersangka di jalan raya. Eve memerintahkan Trueheart untuk turun dari mobil dan membeli minuman.  Eve ingin meyakinkan bahwa mobil van di belakangnya memang membuntuti. Setelah Trueheart masuk mobil, Eve bermanuver untuk mengikuti mobil van itu. Mereka akhirnya berkejaran di jalan dan udara. Meliuk-liuk hingga mengacaukan lalu lintas. Tersangka sempat menembakkan senjata ke mobil Eve. Sayangnya, Eve kehilangan jejak. Dalam kondisi marah, jantung Eve berhenti berdetak ketika melihat baju Trueheart dipenuhi cairan merah. Eve mengira Trueheart terkena tembakan, ternyata fanta yang dibelinya tumpah ketika Eve bermanuver.

Adegan-adegan menegangkan, lucu, romantis, dibumbui dialog-dialog kasar Eve dan polisi lainnya bertebaran di buku ini.Dan itu bikin nagih.
Begitu saja deh reviewnya.  Meskipun di bab awal cukup mengerikan dan saya tak berani membacanya saat sendirian, tapi akhirnya saya menuntaskan baca dengan puas.

Survivor in Death, J.D. Robb Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

Post a Comment